Daun Fulus

Apa itu daun fulus? Saya pernah dengar, tapi nggak tahu apa maksudnya, dinyanyikan, lagu dangdut begitu deh. Saya nggak akan membahas apa, siapa, bagaimana, di mana dan kapannya daun fulus. Saya mau tulis sedikit informasi mengenai daun kelor. Kalau “dunia tak sesempit daun kelor” kayaknya sudah tahu ya?

Kemarin saya menemukan satu tulisan di situsnya Gerai Dinar, ada bahasan mengenai daun kelor. Daun yang ternyata sudah pernah saya makan, dibuatkan oleh ibu saya sewaktu saya masih duduk di SD. Bisanya daun kelor dimasak ala sayur bening. Dan rupanya, daun kelor sangat tinggi kandungan gizinya! Bahkan WHO menggunakan daun kelor selama 40 tahun untuk melawan malnutrisi pada anak-anak di negeri-negeri yang mengalami krisi pangan. Keren ya!

Daunnya memiliki nutrisi yang sangat lengkap, daun basahnya saja mengandung karbohidrat 12.5 %, protein sampai hampir 7 % disamping kaya akan vitamin A,  B1, B2, C, kalsium, kalium dan berbagai mineral lainnya. Dalam kondisi kering, daun kelor memiliki kandungan protein hingga 27 %, tidak heran WHO menjadikan daun ini untuk mengatasi malnutrisi di sejumlah negara. Sekedar menunjukkan perbandingannya, dengan berat yang sama, vitamin C yang ada pada daun kelor segar 7 kali lebih banyak dari yang ada pada jeruk, vitamin A-nya 4 kali dari yang ada di wortel, kalsiumnya 4 kali dari yang ada di dalam susu, kaliumnya 3 kali dari yang ada di dalam pisang, dan proteinnya 2 kali dari yang terkandung di dalam yoghurt. Khasiat daunnya terhadap upaya penyembuhan penyakit juga sudah sangat banyak diriset di berbagai negara, antara lain bersifat antimikrobial, antiinflamasi, antioksidan, menurunkan tekanan darah, menurunkan kolesterol jahat, menurunkan gula darah, melindungi hati, antitumor, melancarkan darah dan kerja jantung.

Jadi, yuk kita kembali ke asal. Kembali mengkonsumsi apa yang bisa kita produksi sendiri. Dengan mengkonsumsi daun kelor misalnya. Produk lokal, khasiatnya luar biasa.

 

Leave a comment